Tuesday, August 17, 2010

Rumahku Indonesiaku



ketika aku melihat sesuatu yang tak pernah kulihat sebelumnya..
mataku terbuka.. betapa indahnya negeri ini..
dan ketika ku merasakan hal yang tak pernah kurasakan sebelumnya..
hatiku terbuka.. betapa besarnya bangsa ini..

hanya disini.. dirumahku yang membentang luas ke empat penjuru..
kupersembahkan seluruh jiwa dan ragaku..
dan kupastikan tak akan ada yang mampu merebutnya dariku..
hanya disini.. di Indonesia..

Dirgahayu Indonesia, Remarkable Indonesia..

Wednesday, August 11, 2010

Ketika Superman Bertemu Kryptonite

"I love you but it's not so easy to make you here with me
I wanna touch and hold you forever
but you're still in my dream
and I can't stand to wait your love is coming to my life
but I still have a time to break a silence"

"when you love someone just be brave to say
that you want her to be with you
when you hold your love don't ever let her go
or you will loose your chance
to make your dream come true"


Dua bait lirik lagu dari Endah and Rhesa ini seketika terngiang di benak saya setelah membaca dan mengomentari salah satu blog milik teman. Dalam tulisannya, dia bercerita tentang sahabatnya yang sedang punya ‘feeling’ sama seseorang tapi nggak berani mengungkapkan perasaannya itu. Intinya sih, dia mempertanyakan kenapa seseorang (khususnya cowok) kalau memang punya ‘feeling’ sama orang lain nggak jujur dan ngomong aja!? hmm.. -.-“

Well, sebenernya sih saya jadi ngerasa agak ‘kesindir’ juga, hahaha.. Dulu (bahkan mungkin sampai sekarang) bisa dikatakan saya juga pernah mengalami hal yang sama dengan yang dirasakan oleh sahabatnya itu, entahlah.. Sebut saya ’cupu’, ’pengecut’ atau whatever you wanna say it! Memang sih kedengarannya ’gampang’, yaelah tinggal ngomong doank! Tapi bener deh, kalau ‘kasar’nya saya boleh bilang ”praktek nggak segampang teorinya bung!” hehehe.. =P

Bagi saya, yah mungkin karena memang dasarnya saya orang yang terlalu banyak pertimbangan, ada banyak hal yang menjadi faktor kenapa saya ‘memilih’ lebih baik diam dan menyimpan sendiri perasaan itu, paling-paling cerita ke sahabat dekat. Pertimbangan yang paling berat dan sering muncul biasanya, ‘takut’ kalau orang tersebut nanti ‘berubah’ setelah saya ngomong. Yah mending kalau berubahnya kearah yang lebih baik!? Kalau sebaliknya!? Pertemanan yang tadinya berjalan lancar, bisa jadi nggak asyik lagi dan malah timbul ‘kecanggungan’ di antara kita berdua, nggak enak kan!? *dan saya cukup punya beberapa pengalaman dengan kejadian tersebut* -.-”

Saya tau, dari semua ini sebenarnya masalahnya cuma satu: TAKUT!
Yup! takut memang sifat dasar manusia, dan wajar adanya terkadang seseorang lebih ’memilih’ bersifat ’defensif’ ketimbang ’ofensif’ menghadapi rasa takut tersebut. Bagi saya, untuk dan sampai saat ini, saya memang seperti itu. Ada ‘quotes’ yang bilang ”terkadang suatu tindakan sudah menjelaskan sesuatu tanpa harus berkata kata..” Apakah tindakan saya selama ini sudah cukup menjelaskan perasaan saya itu!? Berharapnya sih begitu, hahaha.. =P

Seperti potongan lirik lagu di bawah ini, yang mungkin sudah cukup menjelaskan apa yang dirasakan orang-orang seperti saya. Well, bahkan Superman sekalipun nggak berkutik kalau udah ketemu Kryptonite.. =)

"baby I can't help this feeling
it's a fight that I know I can't win
there's nothing I can do
so I'm giving up tonight
cos baby you're my kryptonite"

cos I can't stop thinking of you
I'll be trying not to love you
I'm helpless, girl it's true
so I'm giving up tonight
cos baby you're my kryptonite"


by Guy Sebastian

Friday, August 6, 2010

Tergila

to someone who successfully makes me crazy..
damn it! I can't handle this feeling, hiks.. -.-"




pernahkah terlintas saat di benakmu
kau ingin aku
pernahkah gelisah merasuki hatimu
kau ingin hadirku

memang aneh tapi nyata
bila kau dan aku jadi satu
bukan berarti tak mungin bisa
karena dirimu yang aku mau
ku akan mengajakmu untuk pergi jauh

ku tergila-gila kepadamu
ku telah jatuh hati lebih jauh
ini yang ku mau untuk lebih dalam
ku tergila-gila kepadamu
ku telah jatuh hati lebih jauh
itu yang ku mau

percayalah tak ada yang tak mungkin
bahwa hati ini telah bicara
biarkan semua mengalir apa adanya
oh karena dirimu yang aku mau
ku biarkan diriku untuk lebih jauh

by Twentyfirst Night

Wednesday, August 4, 2010

Maknai Dengan Hati

Posted Sunday, September 4, 2005 10:35 pm by Ariane Isti Prihatini sebagai Materi Mental dan Ideologi Paskibra 78

Beberapa waktu yang lalu, ada seorang teman dekat yang bertanya "apakah saya sudah benar-benar mengenal diri saya sendiri?" Konteks dengan pertanyaannya adalah bahwa dia mungkin merasa sudah mengenal dirinya, tapi nyatanya belum.

Saya juga sempat menempuh masa seperti itu, dimana saya merasa sudah mengenal diri sendiri, tetapi masih banyak orang (khususnya teman-teman dekat) yang justru masih meragukan bahwa saya sudah benar-benar mengenal diri saya. Mengapa saya cukup serius menanggapi komentar tersebut? Karena siapa lagi yang bisa menilai kalau bukan orang terdekat? hmm.. Apa benar saya belum sepenuhnya mengenal diri saya!?

Dalam hati, saya pastinya menolak kalau dianggap belum mengenal diri sendiri. Saya merasa, bahwa pengalaman hidup yang saya jalani telah berhasil menemukan siapa diri saya sebenarnya. Jadi, apa yang salah jika masih ada komentar yang mengatakan bahwa saya belum mengenal siapa diri saya!?

Akhirnya saya menemukan jawabannya pada saat teman saya menyampaikan kegundahan hatinya. Saat itu saya mulai sadar, bahwa ternyata saya memang belum sepenuhnya mengenal diri saya. Mungkin saya tahu siapa saya, tapi belum benar-benar memaknai diri saya.

Yap! Karena dengan memaknai, maka saya tidak perlu pusing memikirkan siapa diri saya, apa kelebihan saya, apa kekurangan saya, dan masih banyak lagi tentang diri saya. Siapa diri kita bukanlah suatu hal yang harus dipikirkan, tapi harus diresapi, dimaknai, dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sama seperti 'otomatisasi' atau 'refleks' terhadap suatu kejadian. Misalnya, jika ada seseorang yang menyakiti saya, saya cenderung tidak membalas menyakitinya, karena saya tidak sampai hati menyakiti orang lain. Namun sampai kapan pun, mungkin saya akan terus menjaga jarak dengan orang tersebut. Sedikit terlihat munafik, tapi itulah saya. Dan jika saya bersikap seperti itu, maka hal tersebut bukanlah suatu yang aneh, karena begitulah saya bersikap. Atau jika ada seseorang yang ramah kepada saya, maka 'refleks' saya adalah memperlakukan orang tersebut lebih ramah lagi.

Masih banyak lagi tentang diri saya. Saya mempelajari diri saya selama 20 tahun dan masih terus berlanjut. Yang jelas, saya merasa nyaman menjadi diri saya sendiri. Maknailah dengan hati siapa diri kita. Resapi dan rasakan betapa nyaman mengenal diri sendiri.

Satu hal yang pasti, setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadikan kelebihan sebagai suatu 'gift' dari Tuhan yang akan membawa manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain, dan jadikan kekurangan sebagai semangat untuk terus belajar menjadi lebih baik.

Setiap manusia memang tidak ada yang sempurna, jadi biarlah ketidaksempurnaan itu ada di dunia ini, karena kesempurnaan itulah yang menjadikannya tidak sempurna.

Salam,
Ariane, Kadiv Pusat Tradisi dan Sejarah
Departemen Mental Ideologi
Dewan Instruktur Paskibra 78

PS: tulisan ini saya dapat dari mba Arien sekitar 5 tahun yang lalu saat saya masih menjabat sebagai 'pasukan' di Paskibra 78, dan menjadi salah satu inspirasi dalam hidup saya. Setelah sekian lama menghilang, akhirnya saya temukan lagi kemarin di dalam tumpukan buku-buku saat sedang berbenah rumah. Senangnya! Terima kasih tante! =P