Thursday, November 18, 2010

Menyasar ke Pulau Ayam Bekisar: Pengalaman Pertama

“dag.. dig.. dug..” suara jantung saya berdegup kencang ketika turun dari bus Damri malam itu, bangunan megah bertuliskan 'Terminal 3' berdiri gagah menyambut kedatangan saya dan Mas Antho di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, Kamis 11 November 2010 sekitar Pukul 19.30 WIB lalu. Ini adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di tempat tersebut, ini juga merupakan kali pertama dalam hidup saya akan naik pesawat selama kurun waktu 22 tahun saya hidup! huehehe.. agak norak yah!? yah begitulah, biasanya kalau traveling saya memang lebih memilih jalur darat ketimbang udara, selain lebih ‘praktis’ juga tentu saja karena ongkosnya yang jauh lebih murah! *maklum mahasiswa* hohoho.. =P

Suasana bandara terlihat cukup lenggang, hanya ada beberapa petugas keamanan tampak dari kejauhan sedang berjaga-jaga sembari mengobrol di depan pintu masuk. Saya yang masih agak canggung terus menguntit mengikuti saja kemana arah Mas Antho berjalan, sambil sesekali terkagum-kagum melihat suasana sekeliling bandara. Bangunan yang tampak masih baru tersebut memang terlihat indah, meskipun katanya masih kalah jauh lebih indah jika dibandingkan dengan bandara internasional di negara-negara lain, hmm.. kebayang kan? betapa katroknya saya, hehe.. -.-“

“mau kemana mas? penerbangan jam berapa?” tanya seorang bapak separuh baya tiba-tiba kepada saya sesampainya di depan pintu masuk.

“ngg? ke Surabaya pak, hmm.. nanti malem..” jawab saya sekenanya, sambil melihat ke arah Mas Antho dengan ekspresi yang agak bingung.

“hoo.. pesawat delay ya?” tanyanya lagi sambil berlalu pergi.

dan dengan polosnya saya menjawab “nggak delay koq pak, sebenernya penerbangan besok pagi, cuma emang sengaja mau nginep dulu di sini..”

“hush! jujur amat kamu de?” tiba-tiba Mas Antho menyelak.

“krik.. krik.. krik..” saya berpikir.

“weh? emang salah yah kalo jawab jujur? hehehe..” jawab saya.

“ya nggak salah sih, cuma kan malu aja.. kenapa nggak sekalian aja bilang kalo naek pesawat promo 60 rebu!?” kata Mas Antho sambil menahan ketawa.

“hoo.. hehehe.. iya yah? maap..” kata saya sambil cengar cengir menahan malu menyadari ‘kepolosan’ saya tadi.

Yup! Rencananya kami memang akan bermalam di bandara, karena pesawat yang akan ditumpangi berangkat Pukul 06.00 WIB besok pagi, jadi takut kesiangan kalau harus berangkat subuh dari rumah.

Celingak celingung mencari tempat untuk duduk, kami menuju ke depan pintu kedatangan dimana terdapat deretan bangku kosong tempat orang-orang biasa menunggu jemputan. Sekitar selang 2 jam munculah Mba Dee, teman seperjalanan yang memang kami tunggu dari tadi.
“lama ya buuu..” sindir Mas Antho.

“hehe.. maap buuu.. kejebak macet tadi, untung masih kekejar Damri-nya, ngebut pake ojek! jek!” jawab Mba Dee nyengir.

“weee.. pantes.. pesenan gue dibawa nggak Dee?” tanya Mas Antho.

“bawa dooonk! ini dia! tereeeng!!” jawab Mba Dee sambil menunjukan sesuatu dalam kantong plastik dari balik ranselnya.

“apaan sih?” tanya saya penasaran.

“arem areeem!!” jawab Mba Dee dan Mas Antho kompak.

“haiyah, kirain apaan!? beneran udeh kayak mau piknik yeee!? piknik di loby bandara! hehe..” kata saya sambil menyomot satu bungkus makanan sejenis lontong tersebut.

Saya, Mas Antho dan Mba Dee memang sudah saling kenal. Saya mengenal Mas Antho lagi-lagi dari salah satu group backpacker yang saya ikuti di facebook, terlebih ternyata Mas Antho juga merupakan senior saya waktu di SMA dulu. Sedangkan Mba Dee, saya kenal sewaktu dia ikut trip ke Kepulauan Seribu yang saya dan Mas Antho buat awal Oktober lalu. Ini adalah kali ketiga kami bertemu, setelah sebelumnya di acara kumpul bareng temen-temen ex trip ke Kepulauan Seribu dua minggu sebelum keberangkatan kami ini.

-----||-----

Waktu menunjukkan jam setengah empat pagi, ketika kami terjaga dari bunyi alarm yang dipasang di masing-masing handphone yang kami bawa. Setelah bebenah membereskan barang bawaan, secara bergiliran kami ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan sikat gigi, lalu lanjut menuju pintu keberangkatan untuk segera check in.

Selesai check in dan mengikuti segala macam prosedural bandara sebelum penerbangan, kami duduk di boarding room sambil menunggu panggilan untuk masuk ke pesawat.
“dag.. dig.. dug..” jantung saya kembali berdegup menyadari beberapa saat lagi akan segera lepas landas merasakan penerbangan perdana saya.

“nervous yaaa!?” ledek Mba Dee.

“nggak koq, weee..” jawab saya senyum berusaha tidak tampak gugup.

“hoo.. tenang aja, kalo takut nanti merem aja yah! atau pegangan.. asal jangan muntah aja, hehehe..” tambahnya.

“weee.. nggak lah, nggak apa apa koq!” kata saya seraya melihat-lihat sekeliling, sekedar untuk mengalihkan perhatian dari pikiran yang macem-macem.

“Mandala Air, penerbangan RI278 tujuan Surabaya silahkan masuk!” seketika terdengar suara teriakan perempuan salah satu petugas dari maskapai penerbangan yang akan saya tumpangi.

“hayuk!” ajak Mas Antho dan Mba Dee.

Kami segera bergegas menuruni eskalator menuju pesawat yang sedang terparkir di landasan. Dengan langkah yang agak terburu-buru, saya dan Mba Dee tetap berusaha menyempatkan diri sesekali berfoto di tengah landasan dalam perjalanan menuju ke pesawat, hehehe.. mulai keliatan lagi kan noraknya!? harap maklum.. =P

Masuk ke pesawat dari pintu belakang, saya segera duduk di kursi nomor 19F persis di samping jendela. Mba Dee duduk di samping saya, setelah sebelumnya kami memang sempat berebutan untuk menempati kursi tersebut, dan ternyata saya yang lebih beruntung, hoho.. sedangkan Mas Antho, dia duduk persis di belakang kursi saya.

"Perhatian.. Perhatian.. Silahkan gunakan sabuk pengaman anda. Karena sebentar lagi pesawat Mandala Air tujuan Surabaya dengan nomor penerbangan RI278 akan segera lepas landas. Untuk cara pemakaian sabuk pengaman dan lain-lain, silahkan tanya pramugari terdekat. Terima kasih." Suara perempuan dari balik speaker memberitahukan bahwa sebentar lagi pesawat akan lepas landas.

“dag.. dig.. dug..” jantung saya kembali berdegup, tangan saya segera berpegangan kencang di kanan kiri kursi ketika pesawat mulai bergerak. Tanpa sadar tangan kiri saya semakin keras menggenggam bagian kiri kursi yang ternyata terdapat tangan Mba Dee juga sedang berpegangan di sana, rebutan pegangan pun sempat terjadi. Saya menatap Mba Dee agak lucu, karena dia terlihat lebih gugup dari saya, dengan mata yang terus terpejam sambil komat-kamit membaca doa. Saya cengkram keras tangan kiri Mba Dee selama beberapa menit pesawat take off. Sampai akhirnya “wuuusss!!” seperti naik roller coaster! ketika pesawat mulai mengudara dan tampak lukisan bumi dan awan berpadu di kejauhan dari balik jendela pesawat, indahnya.. *0*

“subahanallah.. waaah.. kereeen!!” ekspresi saya seketika melihat pemandangan di luar sana. Kumpulan awan seperti kapas disertai matahari yang baru terbit di ufuk timur terus mempesona saya sepanjang penerbangan. Kekaguman akan keindahan dari atas langit semakin bertambah ketika pesawat melewati perairan di atas Kepulauan Karimun Jawa, tampak gugusan pulau-pulau kecil betebaran di atas lautan luas. Dari kejauhan juga tampak beberapa gunung di Pulau Jawa yang menjulang tinggi, termasuk Merapi yang sangat mudah dikenali dari kepulan asap yang terus dikeluarkannya.

Sangat cepat rasanya 1,5 jam berlalu, pesawat sudah akan landing ketika pengumuman kembali bergemuruh dari balik speaker. Saya melihat sekeliling, ternyata banyak penumpang yang tampak habis tertidur pulas, termasuk Mba Dee. Hanya satu dua saja yang masih terjaga memandangi langit di luar jendela seperti saya. Pesawat perlahan-lahan mulai menukik, berputar menurun memberi sensasi rasa seperti orang sedang jatuh dari ketinggian, kemudian “wuuusss!!” pesawat mendarat halus, alhamdulillah kami landing dengan mulus.

"gimana rasanya?" tanya Mba Dee.

"enak, kayak naek roller coaster! hehehe.. tapi koq seruan pas take off yah!?" jawab saya riang.

"hehehe.. beruntung kamu penerbangan perdana nggak kena turbulance, landingnya juga smoothy.." kata Mba Dee.

"hoo.. iyaaah, koq jadi pengen diulang lagi, heuuu.." ucap saya menunjukkan ekspresi ketagihan.

"jiaaah.. dia nagih!? hahaha.." tawa Mba Dee bersambut Mas Antho.

Akhirnya sampai juga kami di tujuan pertama, sebelum memulai perjalanan selanjutnya yang akan jauh lebih panjang. Kami segera bergegas untuk turun dari pesawat, tampak di pintu keluar dua orang pramugari cantik berdiri anggun dengan senyum manis memberi salam perpisahan ketika kami lewat "terima kasih, selamat datang di Bandara Internasional Juanda, Surabaya.."

bersambung..