Wednesday, August 4, 2010

Maknai Dengan Hati

Posted Sunday, September 4, 2005 10:35 pm by Ariane Isti Prihatini sebagai Materi Mental dan Ideologi Paskibra 78

Beberapa waktu yang lalu, ada seorang teman dekat yang bertanya "apakah saya sudah benar-benar mengenal diri saya sendiri?" Konteks dengan pertanyaannya adalah bahwa dia mungkin merasa sudah mengenal dirinya, tapi nyatanya belum.

Saya juga sempat menempuh masa seperti itu, dimana saya merasa sudah mengenal diri sendiri, tetapi masih banyak orang (khususnya teman-teman dekat) yang justru masih meragukan bahwa saya sudah benar-benar mengenal diri saya. Mengapa saya cukup serius menanggapi komentar tersebut? Karena siapa lagi yang bisa menilai kalau bukan orang terdekat? hmm.. Apa benar saya belum sepenuhnya mengenal diri saya!?

Dalam hati, saya pastinya menolak kalau dianggap belum mengenal diri sendiri. Saya merasa, bahwa pengalaman hidup yang saya jalani telah berhasil menemukan siapa diri saya sebenarnya. Jadi, apa yang salah jika masih ada komentar yang mengatakan bahwa saya belum mengenal siapa diri saya!?

Akhirnya saya menemukan jawabannya pada saat teman saya menyampaikan kegundahan hatinya. Saat itu saya mulai sadar, bahwa ternyata saya memang belum sepenuhnya mengenal diri saya. Mungkin saya tahu siapa saya, tapi belum benar-benar memaknai diri saya.

Yap! Karena dengan memaknai, maka saya tidak perlu pusing memikirkan siapa diri saya, apa kelebihan saya, apa kekurangan saya, dan masih banyak lagi tentang diri saya. Siapa diri kita bukanlah suatu hal yang harus dipikirkan, tapi harus diresapi, dimaknai, dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sama seperti 'otomatisasi' atau 'refleks' terhadap suatu kejadian. Misalnya, jika ada seseorang yang menyakiti saya, saya cenderung tidak membalas menyakitinya, karena saya tidak sampai hati menyakiti orang lain. Namun sampai kapan pun, mungkin saya akan terus menjaga jarak dengan orang tersebut. Sedikit terlihat munafik, tapi itulah saya. Dan jika saya bersikap seperti itu, maka hal tersebut bukanlah suatu yang aneh, karena begitulah saya bersikap. Atau jika ada seseorang yang ramah kepada saya, maka 'refleks' saya adalah memperlakukan orang tersebut lebih ramah lagi.

Masih banyak lagi tentang diri saya. Saya mempelajari diri saya selama 20 tahun dan masih terus berlanjut. Yang jelas, saya merasa nyaman menjadi diri saya sendiri. Maknailah dengan hati siapa diri kita. Resapi dan rasakan betapa nyaman mengenal diri sendiri.

Satu hal yang pasti, setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadikan kelebihan sebagai suatu 'gift' dari Tuhan yang akan membawa manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain, dan jadikan kekurangan sebagai semangat untuk terus belajar menjadi lebih baik.

Setiap manusia memang tidak ada yang sempurna, jadi biarlah ketidaksempurnaan itu ada di dunia ini, karena kesempurnaan itulah yang menjadikannya tidak sempurna.

Salam,
Ariane, Kadiv Pusat Tradisi dan Sejarah
Departemen Mental Ideologi
Dewan Instruktur Paskibra 78

PS: tulisan ini saya dapat dari mba Arien sekitar 5 tahun yang lalu saat saya masih menjabat sebagai 'pasukan' di Paskibra 78, dan menjadi salah satu inspirasi dalam hidup saya. Setelah sekian lama menghilang, akhirnya saya temukan lagi kemarin di dalam tumpukan buku-buku saat sedang berbenah rumah. Senangnya! Terima kasih tante! =P

No comments: