Saturday, July 24, 2010

Jakarta Jakarta

”Co, bangun! Anterin bapak ke Stasiun Jatinegara sekarang..” Perintah nyokap seketika membangunkan saya dari tidur pagi ini. Dengan kondisi badan yang masih setengah sadar, karena baru tidur jam 2 tadi malam, saya langsung bergegas mengambil handuk lalu pergi ke kamar mandi.

Hari ini bokap mau pulang kampung, entah karena ada urusan jual beli tanah lagi atau memang ada urusan lain yang mendesak, rencana yang tadinya sempat beliau batalkan akhirnya tetap berjalan. ”Nggak ada waktu lagi..” jawabnya, ketika ditanya nyokap kenapa tida-tiba beliau berubah pikiran. Yup, mulai minggu depan bokap memang ditugaskan kantor untuk ke Surabaya, sedangkan terlalu lama katanya kalau harus menunggu sampai libur lebaran tiba. Setelah berpakaian, dan meneguk segelas Indocafe Coffeemix kesukaan saya, kami pun langsung bergegas menuju Stasiun Jatinegara.

Bokap membawa motor dengan kecepatan sedang, suasana Jakarta juga cukup lenggang, mungkin karena masih terlalu pagi. Meskipun perintahnya ’nganterin’, tetapi setiap naik motor bareng bokap, saya memang selalu menjadi penumpang. Sama halnya ketika saya mengantarkan beliau ke kantor kalau misal besoknya beliau ditugaskan untuk ke luar kota, berangkatnya menjadi penumpang, pulangnya baru membawa motor sendirian kembali ke rumah (seperti yang saya bilang di postingan sebelumnya, bokap selalu berangkat langsung dari kantor kalau mau ke luar kota).

Jakarta di akhir pekan, mungkin itu satu-satunya waktu dimana kota metropolitan ini terbebas dari kemacetan. Melintasi sepanjang Jalan Jendral Gatot Soebroto sampai ke Stasiun Jatinegara, tidak sedikitpun hambatan yang kami dapatkan, meskipun yah terkadang memang tetap masih ada kepadatan kendaraan di sejumlah titik. Entahlah, tapi pagi ini saya merasa begitu mencintai Jakarta. Suasana tenang, udara segar di pagi hari, terasa berbeda dari biasanya yang selalu ramai, macet, bising, panas hingga asap tebal polusi udara yang keluar dari setiap kendaraan bermotor.

Jakarta terasa begitu indah (maap kalau terdengar lebay, hehe..), tapi jujur memang sudah lama sekali saya tidak melihat suasana seperti misalnya, aktivitas orang-orang yang sedang sibuk tawar-menawar harga di pinggir jalan, di sejumlah pasar ’kaget’ yang hanya beroperasi di pagi hari. Atau ketika saya melihat beberapa pemuda hingga orang tua, yang sedang berlari pagi menyusuri jalanan ibu kota sambil menikmati segarnya udara yang ada, sungguh terasa bersahaja sekali.

Sejak kecil, saya memang dibesarkan di Jakarta. Terlahir dengan akte luar kota (baca: Kebumen), banyak orang tidak tahu kalau sebenarnya saya juga lahir di Jakarta. Ceritanya panjang, intinya lagi-lagi karena ’idealisme’ bokap, yang merasa kalau misalnya nanti saya menjadi orang ’besar’ dan sukses, akan ada kebanggaan tersediri karena saya berasal dari daerah, agak konyol yah? hehe.. Yah begitulah, kalau ditanya dimana tepatnya saya dilahirkan? Saya pun masih bisa menunjukan klinik tempat nyokap melahirkan dan sertifikat bidan yang menyatakan kalau saya memang terlahir di Jakarta (penting yah? hehe..).

Sampai di Stasiun Jatinegara, bokap langsung bergegas pamit untuk mengejar kereta yang sebenarnya belum beliau pesan. Bokap memang seperti itu, kalau urusan ’mudik’ sendiri tanpa mengajak keluarga, biasanya beliau suka membeli tiket ’on the spot’. Bahkan pernah sekali bersama saya, kami mengelilingi hampir seluruh kota Jakarta dengan ’busway’ dari stasiun ke stasiun dan terminal ke terminal hanya sekedar untuk mencari tiket pulang kampung, yang ternyata sudah habis ludes terjual karena sedang libur ’long weekend’, untungnya tiket tetap kami dapatkan walau dengan harga dua kali lipat di Terminal Lebak Bulus, capek deh! hehe..

Setelah mengantarkan bokap, saya bergegas pulang ke rumah. Mengikuti petunjuk bokap yang bilang ”Lampu merah depan, belok kanan.. Dari situ kamu tinggal ngikutin jalan aja terus sampe ketemu kantor bapak, inget kan? Jangan lupa, tetep di jalur kiri!” Saya terus membawa motor, hingga tanpa sadar sudah cukup lama juga belum menemukan kantor beliau. Seingat saya, letak kantor bokap bersebrangan dengan daerah Jatinegara. Kantor bokap berada di daerah Kebon Nanas, yang kalau biasanya saya datang dari arah Cawang, letaknya berada di sebelah kanan jalan.

Dengan penuh keyakinan bahwa saya tidak mungkin ’nyasar’, saya terus memacu motor dengan kecepatan sedang. Sampai akhirnya saya menemukan papan plang penunjuk jalan yang menunjukkan kalau saya sedang berada di daerah Pulomas, hampir mendekati Tanjung Priok! Ya Tuhan! Dengan sangat terkejut dan sedikit panik, tanpa pikir panjang saya langsung memutar arah kembali melewati jalan yang sudah saya lalui sebelumnya. ”Loh kok?” seraya dalam hati berbicara kenapa bisa-bisanya saya ’nyasar’? hahaha.. Setelah hampir setengah jam, akhirnya saya temukan juga kantor bokap yang memang dari tadi saya jadikan sebagai patokan, alhamdulillah! =D

Sampai di rumah, saya langsung mencari dan membuka atlas. Kebiasaan saya kalau habis ’backpacking’ atau menyinggahi daerah yang belum saya kenal, saya memang selalu menyempatkan diri mencari tahu jalan mana saja yang baru saya lewati, hehehe.. Mungkin karena waktu sekolah dulu saya sangat menyukai pelajaran Geografi kali yah? sehingga kebiasaan membaca peta tersebut masih terbawa sampai sekarang. Benar saja, setelah saya lihat, ternyata jalur yang saya lewati memang salah! hmm.. Ternyata 4 tahun tinggal di luar kota (baca: Jatinangor) juga sudah cukup membuat saya lupa sama jalanan Jakarta! yah hitung-hitung jalan-jalan sambil keliling Jakarta deh, dinikmati saja! hehehe..

Jakarta oh Jakarta! Dengan segala problematika yang ada, ternyata kota ini masih juga menyimpan pesona yang bisa membuat saya tetap menyukainya. Walau ingat, ”Jangan gantungkan hidup di Jakarta!” hehehe.. Dirgahayu Kota Jakarta! (telat yah? maap deh daripada nggak ngucapin! hehe..)

No comments: